METODE
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PADA ANAK TUNA NETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA SMPLB
YPPC BANDA ACEH
PROPOSAL METODOLOGI
PENELITIAN PAI
Diajukan Oleh :
MULIA MAWADDAH
NIM: 211323708
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2016 M/1437 H
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan usaha
sadar yang diadakan baik secara langsung maupun cara yang tidak
langsung untuk membantu anak dalam
perkembangannya untuk mencapai kedewasaan.
Tujuan dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.Dengan
adanya pendidikan, diharapkan dapat membuat peserta didik mengenal jati drinya
dan mengetahui cara berinteraksi. Selain itu pendidikan menjadi persiapan untuk
menghadapi era globalisasi, kemajuan teknologi, sehingga peserta didik siap
secara intelektual, emosional, maupun spiritual. Pendidikan menurut Islam, atau
pendidikan yang
berdasarkan Islam, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta
disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang tekandung dalam sumber
dasarnya, yaitu Al-Quran dan hadis.
Pendidikan
Islam berlaku untuk semua umat
manusia tanpa terkecuali.
Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, baik melalui pendidikan formal, informal
maupun nonformal. Bahkan bagi orang yang memiliki kekurangan berhak atas
pendidikan. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya, termasuk anak yang berkebutuhan khusus, seperti tuna netra yang juga
berhak memperoleh pendidikan luar biasa. Untuk mencapai tujuan pendidikan,
sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Karena sekolah
disamping sebagai tempat belajar juga sebagai tempat untuk menemukan jati diri siswa, baik sebagai makhluk sosial
maupun spiritual. Kegiatan pengajaran di sekolah adalah
merupakan bagian dari kegiatan pendidikan pada umumnya yang secara otomatis
berusaha untuk membuatpesertadidik dapat berubah perilakunya dan menguasai
setiap tahap tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Keberhasilan
proses belajar mengajar agama Islam tidak terlepas dari peran guru sebagai
informator dan komunikator. Guru sebagai informan harus memberikan informasi
yang baik kepada siswa, khususnya dalam penataan bahasa. Bahasa yang digunakan
harus dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Selain itu, sebagai pendidik, guru harus
memperhatikan materi pelajaran dan memilih metode pembelajaran yang tepat agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Guru juga harus
memahami kondisi fisik dan psikis siswa juga yang berkenaan dengan potensi pada
dirinya,. Hal tersebut sangat penting agar
materi yang disampaikan oleh guru dapat diserap oleh siswa.
Berkaitan dengan proses pendidikan, akan lebih sulit
mengajari siswa yang memiliki kelainan fisik terutama
bagi anak tunanetra. Siswa yang memiliki kelainan dalam penglihatan membutuhkan
perhatian yang khusus dari guru maupun dari lingkungan belajarnya. Seorang guru
harus menyiapkan metode, mental dan media yang tepat untuk mendidik muridyang
memiliki kelainan dalam penglihatan (anak tunanetra). Selain itu, orang tua harus berperan
aktif untuk mendidik anaknya dalam rangka mengembangkan kemampuan
intelektualnya maupun kemampuan yang lainnya. Rasulullah bersabda : “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,
kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Nasrani, Yahudi atau Majusi” (HR.
Muslim).
Seperti
fenomena sekarang, tak sedikit orang tua menyesali kondisi anak yang tergolong
tuna netra.Mereka menganggap memiliki anak tuna netra merupakan aib bagi sebuah
keluarga. Seharusnya orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pendidikan anak. Orang tua adalah pendidik
yang pertama bagi perkembangan anak didik. Tanpa adanya dorongan dari orang tua
maka perkembangan anak tunanetra akan mengalami hambatan. Untuk mengatasi
pendidikan anak tuna netra ini diadakan lembaga pendidikan khusus yang
menampung anak-anak tersebut, antara lain Sekolah Luar Biasa (SLB). Di sekolah
ini mereka mendapatkan beberapa mata pelajaran diantaranya pendidikan agama
Islam. Anak cacat khususnya anak tuna netra akan kurang dapat mengikuti
kegiatan akademik apabila anak tersebut baru mengalami kelainan pada
penglihatan.
Alternatif
untuk menyekolahkan anak tuna netra ke sekolah khusus belum mencapai hasil yang
memuaskan. Hal ini dikarenakan jumlah sekolah khusus yang hanya sedikit
ditambah lagi jaraknya yang sangat jauh dan ketika dimasukkan di sekolah
reguler tidak diterima dengan alasan kecacatan yang dialami atau sekolah belum
siap menerima anak tuna netra, sehingga membuat orang memilih untuk tidak
menyekolahkannya, namun ada juga orangtua yang berusaha agar anaknya belajar
walaupun di sekolah khusus.
Sekarang
ini telah ada sekolah yang menampung anak-anak khusus tuna netra. Salah satu lembaga
tersebut adalah UPT SMPLB YPPC Banda Aceh.
Sekolah luar biasa ini adalah lembaga yang memberikan layanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus di Kota Banda Aceh. Adapun peserta didik yang dilayani
adalah anak berkebutuhan khusus dengan jenis ketunaan :tuna netra, tuna rungu, tuna
grahita, tuna daksa, tuna laras, autis. Disini hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh seorang guru dalam mengajar Pendidikan Agama Islam adalah memahami
karekteristik dari tiap-tiap anak,
khususnya tuna netra. Hal tersebut dikarenakan
anak-anak tersebut memiliki kecenderungan yang berbeda-beda, sehingga guru
harus benar-benar mempersiapkan materi yang akan diajarkan. Selain itu media
atau alat bantu yang digunakan di dalam mengajarkan materi Pendidikan Agama
Islam sangatlah terbatas, sehingga guru dituntut untuk memiliki kreativitas
dalam mengajar. Maka dari itu guru dan pihak yang terkait dengan lingkungan
pendidikan harus mempersiapkan diri dari segi teori mengajarnya, mental dan
emosi serta kesiapan mengajarnya.
Hal
itu penting karena anak didik harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
guru harus bisa membawa mereka mencapainya dengan kondisi anak didik yang
sangat berlawanan. Artinya dalam satu kelas guru harus memberikan perlakuan
belajar yang berbeda kepada setiap siswa agar tujuan itu tercapai.
Dari uraian
diatas maka akan diadakan penelitian tentang “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) pada Anak Tuna Netra di Sekolah Luar Biasa Smplb
Yppc Banda Aceh”
B. Rumusan
Masalah
Dalam penelitian ini penulis
akan merumuskan masalah yag berkaitan dengan judul proposal ini, antara lain
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
Upaya yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar PAI pada Anak
Tuna Netra Kelas XI di SMPLB
Yppc Banda Aceh?
2. Apa Saja yang Menjadi Kendala Guru PAI dalam Mengajar
PAI pada anak Tuna NetraSMPLB Yppc Banda Aceh?
3. Metode Apakah yang digunakan Guru PAI dalam mengajar
PAI pada Anak Netra SMPLB
Yppc Banda Aceh?
C. Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitan dalam penulisan
proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Upaya yang dilakukan Guru Pendidikan
Agama Islam dalam mengajar PAI pada Anak Tuna Netra KelasXI di SMPLB Yppc Banda Aceh
2. Untuk Mengetahui Kendala Guru PAI dalam Mengajar PAI
pada Anak Tuna Netra SMPLB
Yppc Banda Aceh
3. Untuk Mengetahui
Metode Guru PAI dalam Mengajar PAI pada Anak Netra SMPLB Yppc Banda Aceh
D. Manfaat Penelitian
Dalam penilitian yang penulis lakukan, terdapat
manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Secara teoritis
Untuk
menambah wawasan bagi dunia pendidikan (yang menangani khusus anak tunanetra)
dalam mencari dan mengembangkan pendidikan agama Islam bagi anak tuna netra. Selain itu dapat juga digunakan
sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara praktis
Bagi
guru dapat menambah wawasan, terutama tentang metode dan sebagai bekal
persiapan ketika menghadapi anak tuna netra.
Bagi
kepala sekolah dapat mengembangkan pendidikan agama yang inovatif dan tepat
bagi anak tuna netra.
E. Definisi
Operasional
Untukmenghindariterjadikesalahpahamandan
kesimpangsiurandalam memahamiistilah-istilahyang terdapatpadajudulskripsiini,
maka
perluadanya kejelasanterhadapistilah-istilah.Adapunistilah-istilahtersebutantaralain:
1.
Metode
Metode berasal
dari kata “methodos” yang terdiri
dari kata “metha” yaitu melewati,
menempuh, atau melalui dan kata “hodos”
yang berarti cara atau jalan. Menurut KBBI, metode adalah cara kerja yang
mempunyai sistem dalam memudahkan pelaksanaan dari suatu kegiatan unuk mencapai
sebuah tujuan tertentu.
Al-Ahrasy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang kitaikuti untuk
memberikan pengertian kepada peserta didik tentang
segala macam metode dalam berbagai pelajaran.
2.
Pendidikan Agama Islam
Menurut
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Achmadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih
mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam .
Pendidikan agama
islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia,
mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qurandan Hadits,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
3.
Tuna Netra
Tunanetra menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat.
Tunanetra adalah
individu yang indera penglihatannya tiak berfungsi sebagai saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Kerangka Teori
1.
Pendidikan Agama Islam
Pengertian
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darodjat, dkk (2000: 86) adalah
pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak. Dari pengertian diatas pendidikan agama Islam adalah
pendidikan yang dilakukan dengan cara pengajaran yang meliputi bimbingan dan asuhan
dengan tujuan untuk dapat mengamalkan ajaran-ajaran dalam Islam.
Menurut
Abdul Majid dan Dian Andayani (2004 :131) mengartikan, Pendidikan agama Islam
sebagai usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami dan menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran/ pelatihan yang telah ditentukan.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya pendidikan agama
Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan praktis yang berwujud bimbingan
dan asuhan terhadap anak didik baik itu bimbingan jasmani maupun rohani yang
sesuai dengan ajaran agama Islam bertujuan untuk terbentuknya kepribadian yang
berguna bagi dirinya, masyarakatnya dan lingkungannya.
Menurut
Zuhairini dkk, (1983:27), pendidikan agama Islam adalah “usaha yang sistematis
dan praktis dalam membantu anak didik agar mereka sesuai dengan ajaran Islam”.
Menurut
pengertian diatas semua usaha untuk merubah tingkah laku individu melalui
kependidikan adalah definisi dari pendidikan agama Islam yang tujuannya adalah
perubahan dalam aspek perilaku manusia terhadap dirinya, masyarakat maupun alam
sekitarnya.Sedangkan Muhaimin (2002: 76), pendidikan agama Islam adalah suatu
bimbingan dan atau latihan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Kegiatan
yang dilaksanakan untuk meningkatkan keyakinan pemahaman atau penghayatan dan
pengamalan ajaran Islam dari peserta didik yang selain untuk membentuk
kesalihan atau kualitas pribadi yang menyangkut hubungan pribadi serta kesalihan
sosial. Senada dengan pendapat Zakiah Darajad hanya saja berbeda pada aspek
tujuan yang hendak dicapai. Menurut Muhaimin lebih diperjelas yaitu mengenai
tujuan sosialnya.
2.
Landasan Pendidikan
Agama Islam
a.
Landasan Yuridis
Landasan
yuridis adalah landasan yang berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
dijadikan pegangan secara formal. Landasan ini terdiri dari 3 dasar yaitu:
a)
Dasar Ideal
Yang
menjadi dasarnya adalah Pancasila yaitu sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
b)
Dasar Konstitusi
Yang
menjadi dasarnya tercantum dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi
“Tiap-tiap warga negara berhak memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing
dan beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu”.
c)
Dasar Operasional.
Dasar
operasional terdapat dalam Tap MPR No.II/MPR 1993 tentang GBHN yang pada
pokoknya menyatakan pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan
dalam kurikulum sekolah formal mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
b.
Landasan Religius.
Landasan
religius adalah landasan yang berdasar pada sumber agama dalam hal ini
khususnya Islam. Landasan ini antara lain:
a)
Al Quran
Al
Quran adalah kitab suci umat Islam yang terjaga keasliannya sampai akhir zaman.
Di dalamnya terkandung hukum-hukum yang mengatur kehidupan umat islam .Dalam Al
Quran terdapat perintah dalam rangka pendidikan agama Islam yaitu:Qs. An
Nahl:43 yang berbunyi:“ Dan kami tidak
mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada
mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui”.(Depag RI. QS. An Nahl: 43).
b)
Al Hadits.
Al
Hadits adalah semua perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi mengenai sesuatu
hal. Hadits mengenai pendidikan yang diriwayatkan oleh Muslim adalah
“..barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah SWT akan
memudahkan jalannya ke surga...”. (Imam Nawawi, 2004: 73).
3.
Tujuan Pendidikan Agama
Islam
Pendidikan
agama Islam adalah suatu program yang mempunyai tujuan yang jelas. Tanpa adanya
tujuan yang jelas maka arah dari suatu kegiatan akan tidak jelas pula. Tujuan
adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat
perhatiannya untuk dicapai melalui usaha dan dorongan yang kuat. (Hery Noer
Aly, 1999: 51). Dengan mempunyai tujuan yang jelas kegiatan yang akan dilaksanakan
akan semakin terencana.
Tujuan
umum dari pendidikan agama Islam adalah menjadikan umat muslim sejati, beriman
yang teguh, beramal saleh, dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat,
agama dan negara. Sedangkan tujuan khusus untuk sekolah dasar antara lain:
a.
Penanaman rasa beragama
b.
Penanaman rasa cinta
kepada Allah dan Rasulnya.
c.
Memperkenalkan agama
Islam yang global yaitu mengenai rukun iman, rukun Islam dan syariat.
d.
Membiasakan anak
berakhlak mulia.
e.
Membiasakan contoh
tauladan yang baik. (Zuhairini, 1983: 46-47).
Tujuan khusus diatas telah mencakup tiga
aspek dalam ajaran Islam. Aspek tersebut yaitu aspek akidah yang berupa rasa
cinta kepada Allah dan rasulnya, aspek akhlak yaitu berakhlak mulia dan aspek
sosial yaitu jiwa beragama.
Adapun menurut Abdurahman Saleh Abdullah
bahwa tujuan pendidikan agama Islam meliputi 4 aspek yaitu:
a.
Aspek Jasmani
Tujuan pada aspek ini adalah
terbentuknya muslim yang sehat dan kuat. Muslim yang sehat dan kuat akan lebih
dicintai Allah SWT daripada muslim yang lemah. Muslim kuat akan selalu siap
dalam menghadapi tugasnya.
b.
Aspek Rohani
Tujuan pada aspek ini adalah membentuk
muslim yang berpribadi baik, baik terhadapat diri orang lain maupun lingkungan
sekitar.
c.
Aspek Akal
Tujuan pada aspek ini membentuk muslim
yang cerdas. Mempunyai wawasan yang luas dan pemikiran yang tajam serta tidak
mudah diombang-ambingkan oleh orang lain. Pemikirannya selalu membawa manfaat
bagi yang memanfaatkannya.
d.
Aspek Sosial
Pada aspek ini muslim mampu
bersosialisasi baik dengan orang lain dan mampu mengubah lingkungan sekitarnya
sesuai aturan yang ditetapkan oleh ajaran Islam. (Abdurahman, 1990: 138-148).
Dalam Al Quran dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan tidak terlepas dari tujuan manusia itu sendiri. Manusia diciptakan
untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah kepada Allah ini mengandung
pengertian yang luas. Meliputi beberapa aspek antara lain sisi manusia dan
orang lain. Dalam ayat lain dijelaskan bahwa manusia mempunyai tugas untuk
mengelola bumi ini (kholifatullah fil ‘ardh). Untuk dapat mengelola bumi ini
maka manusia harus mempunyai kekuatan.
Dapat kita simpulkan bahwa tujuan akhir
dari pendidikan Islam adalah terbentuknya muslim yang bahagia di dunia dan di
akhirat. Meskipun demikian tidak dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan akhir
tersebut ada tujuan-tujuan sementara yang harus dipenuhi oleh peserta didik.
4.
Fungsi Pendidikan Agama
Islam
Pendidikan
agama Islam adalah pendidikan yang memiliki fungsi. Menurut Abdul Majid dan
Dian Andayani fungsi pendidikan agama Islam antara lain:
a.
Fungsi pengembangan
yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak didik kepada Allah SWT yang
telah ditanamkan sebelumnya dalam lingkungan keluarga.
b.
Penanaman nilai yaitu
sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia.
c.
Penyesuaian mental
yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik/sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
d.
Perbaikan yaitu untuk
memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan anak didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan.
e.
Pencegahan yaitu untuk
menangkal hal negatif dari lingkungannya atau budaya yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya.
f.
Penyaluran yaitu untuk
menyalurkan anak yang memiliki bakat khusus di bidang PAI agar dapat berkembang
secara optimal. (Abdul Majid, 2004: 134-135).
5.
Faktor-faktor
Pendidikan Agama Islam
a.
Peserta Didik
Yaitu
orang
atau kelompok yang menerima pengaruh dari seseorang yang menjalankan kegiatan
pengajaran pendidikan agama Islam (Erwati Azis, 2003: 57). Dalam pendidikan peserta didik adalah input
yang akan diproses agar menjadi sesuatu yang telah ditetapkan dalam tujuan.
Peserta didik sebagai input mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Keluarga
dan lingkungan sosialnya sangat mempengaruhi diri Peserta didik.
b.
Pendidik
Pendidik adalah setiap orang dewasa yang
karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang
lain. (Hery Noer Aly, 1999: 83).
Guru adalah pendidik yang berada di
instansi pendidikan (sekolah) atau lebih pada tingkatan formal. Keluarga adalah
pendidik utama pendidikan bagi
anak yang sering disebut pendidikan
informal. Adapun masyarakat yang merupakan kumpulan dari beberapa keluarga
bertugas menyiapkan anak didik agar menaati aturan dan menjadi anggota
masyarakat yang baik.
Untuk menjadi pendidik yang profesional maka dibutuhkan beberapa syarat antara
lain: harus dewasa, sehat jasmani dan
rohani, ahli dalam mengajar,dan berkesusilaan. (Ahmad
Tafsir, 2001: 80).
Pada dasarnya materi pendidikan dalam
agama Islam tercantum dalam Al Quran dan Al Hadits. Materi pokok yang diajarkan
kepada peserta didik adalah masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman
(syariah), masalah ihsan (akhlak). Dari ketiga materi global tersebut kemudian
dijabarkan dalam rukun iman, rukun Islam dan muhsin. Dari materi pokok tersebut
maka dapat dijabarkan lagi menurut perkembangan peserta didik. (Zuhairini, 1981: 60)
6.
Media Pendidikan
Media
atau alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
dalam pendidikan. (Hery Noer Aly, 1999: 83). Untuk memilih media yang tepat
dalam sebuah pembelajaran maka harus memperhatikan faktor-faktor berikut:
a.
Tujuan yang hendak
dicapai.
b.
Media yang tersedia.
c.
Biaya pengadaan.
d.
Peserta didik.
e.
Kualitas media.(Rohmat,
2000: 20)
Dengan memperhatikan faktor tersebut
diharapkan dalam pemanfaatan media akan efektif dan efisien. Sekalipun media
yang digunakan bukan media yang mahal atau canggih. Akan tetapi ketika
penggunaannya sesuai hasil yang diinginkan akan tercapai.
Adapun alat/media yang dapat digunakan
dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
a.
Media tanpa poyeksi tiga
dimensi
Media
yang penggunaannya tanpa proyektor dan mempunyai ukuran panjang, lebar dan
tinggi. Contohnya boneka, model, globe dan sebagainya.
b.
Media audio
Media
yang hanya dapat memberikan rangsangan suara saja. Contohnya radio, tape
recorder.
c.
Televisi dan video tape
recorder
Media
yang hanya dapat memberikan rangsangan suara dan gambar. Contoh, TV, video dan
sebagainya. (Rohmat, 2000: 18-19)
Dari
beberapa media yang ada diatas, maka dapat dipakai media yang sesuai untuk anak
tunanetra yaitu buku dengan tulisan braille, alat bantu pendengaran, televisi,
alat peraga dan lain-lain.
7.
Lingkungan
Lingkungan
adalah tempat dimana pendidikan itu berlangsung. Secara langsung maupun tidak
langsung lingkungan turut membantu anak didik dalam mencapai tingkat kedewasaan
dan perubahan diri ke arah yang lebih baik.
8.
Metode Pendidikan
Metode adalah segala usaha yang
sistematis dan praktis untuk mencapai tujuan pendidikan dengan melalui berbagai
aktivitas baik didalam maupun diluar kelas dalam lingkungan sekolah. (Zuhairini,
1983: 80). Dengan adanya metode yang tepat kekurangan guru dalam mengajar akan
tertutupi. Ada ungkapan bahwa metode itu lebih penting daripada materi. Penguasaan
metode yang tepat akan mudah dalam menyampaikan materi dan membawa anak didik
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Metode yang sesuai untuk pembelajaran pada
anak-anak tunanetra yaitu:
a.
Metode Demonstrasi
Metode
ini dapat digunakan dalam pembelajaran bagi anak tuna netra apabila terdapat
hal-hal yang perlu didemontrasikan. Misalnya: materi tentang shalat
b.
Metode Kerja Kelompok
Metode
ini dapat digunakan untuk pembelajaran bersama antara anak tuna netra yang satu
dengan anak tunanetra yang lain agar dapat terjadi interaksi dan saling
membantu dalam menghadapi kesulitan yang ada.
c.
Metode Sosiodrama
Metode
dengan cara mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah
sosial. Metode ini dapat diterapkan untuk semua anak yang mana semua mendapat
peran dalam sebuah cerita atau kisah sesuai dengan kemampuannya.
d.
Metode Driil
Metode
ini dapat digunakan untuk anak-anak tuna netra yang mengalami kesulitan dalam
belajar.
e.
Metode Diskusi
Bagi
anak tuna netra metode ini sesuai dalam pembelajaran mereka, karena mereka
sangat cakap dalam berbicara sehingga diskusi dengan teman akan lebih menambah
wawasannya.
f.
Metode Problem Solving
Metode
ini dapat digunakan bagi anak tuna netra. Dengan memberikan sebuah masalah,
anak tuna netra akan lebih tertarik untuk belajar.
g.
Metode Keteladanan
Metode
ini dapat digunakan untuk semua anak, khususnya dalam bidang akhlak. Guru
memberi teladan tentang akhlak yang baik agar ditiru oleh anak-anak.
9.
Evaluasi
Evaluasi adalah alat untuk menentukan
apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada
pada jalan yang diharapkan. (Slameto, 2001: 6).Untuk dapat memberikan evaluasi
yang baik dan dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka harus memperhatikan
prinsip-prinsip evaluasi.Prinsip-prinsip evaluasi tersebut antara lain:
a.
Keterpaduan artinya
evaluasi menyangkut semua aspek pendidikan yaitu metode, materi, guru dan
sebagainya.
b.
CBSA yaitu evaluasi
dengan melibatkan anak didik.
c.
Koherensi yaitu aspek
yang ada dalam tujuan dievaluasi dengan aspek yang ada dalam tujuan itu.
d.
Diskriminalitas yaitu
data akhir harus menunjukkan perbedaan tiap-tiap siswa.
e.
Keseluruhan yaitu
meliputi seluruh aspek yang dilakukan oleh siswa(kognitif, afektif,
psikomotorik).
f.
Paedagogik yaitu tidak
hanya sebagai rekaman dari siswa saja.
g.
Akuntabilitas yaitu
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, sekolah dan kelompok profesional.(Slameto,
2001: 6).
10.
Pengertian Tuna Netra
Tuna netra termasuk kedalam kategori anak luar biasa.
Sehingga mmbutuh pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa. Pendidikan
khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalammengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental,social.
Siswa
tuna netra itu adalah mereka yang penglihatanya terganggu sehinggga menghalangi
dirinya untuk berfungsi dalan pendidikan tanpa menggunakan alat khusus, latihan
atau alat bantu lain secara khusus.(Purwanto, : 26).
Tuna netra adalah anak yang mengalami
gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan
walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu akan tetapi masih
tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dilihat dari kemampuan matanya yang
termasuk tuna netra adalah :
a.
Kelompok yang mempunyai
acuty 20/70 feet (6/21 meter) artinya ia bisa melihat dari jarak 20 feet
sedangkan mata normal (low vision).
b.
Kelompok yang hanya
dapat membaca huruf E paling besar pada kartu Snellen dari jarak 20 feet,
sedang orang normal dapat membacanya dari jarak 200 feet (20/200 feet atau 6/60
meter dan ini secara hukum sudah tergolong buta atau legally blind).
c.
Kelompok yang sangat
sedikit kemampuan melihatnya sehingga ia hanya mengenal bentuk dan objek.
d.
Kelompok yang hanya
dapat menghitung jari dari berbagai jarak.
e.
Kelompok yang tidak
dapat melihat tangan yang digerakkan.
f.
Kelompok yang hanya
mempunyai light projection (dapat melihat terang serta gelap dan dapat menunjuk
sumber cahaya).
g.
Kelompok yang hanya
mempunyai presepsi cahaya (light perception) yaitu hanya bisa melihat terang
dan gelap.
h.
Kelompok yang tidak
mempunyai persepsi cahaya (no light perception) yang disebut dengan buta total
(totally blind) (Purwato, :26)
Yang
terpenting bagi guru yang mengajar anak tuna netra adalah mengetahui sejauh
mana siswa tuna netra itu dapat memfungsikan penglihatannya dalam proses
belajar mengajar.Untuk itu siswa tuna netra dapat dikelompokkan menjadi 7
adalah sebagai berikut :
a.
Mereka yang mampu
membaca cetak standart.
b.
Mereka yang mampu
membaca cetakan standart dengan memakai alat pembesar (Magnification devices).
c.
Mereka yang hanya mampu
membaca cetakan besar (No. 18).
d.
Mereka yang mampu
membaca kombinasi antara cetakan besar/regular print.
e.
Mereka yang mampu
membaca cetakan besar dengan menggunakan alat pembesar.
f.
Mereka yang hanya mampu
dengan braille tapi masih bisa melihat cahaya
g.
Mereka yang hanya
menggunakan braille tetapi sudah tidak mampu melihat cahaya.(Purwanto, :27)
Definisi
yang didasarkan pada ukuran ketajaman penglihatan tidak banyak berfungsi dalam
proses pendidikan dan ini hanya berfungsi untuk kepentingan hukum, pajak dan
tunjangan (bagi Negara) tertentu, bebas bagi perangko dan sebagainya.Untuk
melihat bagaimana kemampuan tuna netra memfungsikan penglihatannya, kita bisa
menggunakan data/catatan yang telah ada. Juga bisa melalui observasi langsung
selama tuna netra melakukan aktifitas atau juga bisa menanyakan pada orang-orang
terdekat, guru, orang tua dan lainnya.
Dari
pengertian diatas dapat diketahui bahwa tuna netra ini dibagi menjadi dua yaitu
buta total dan buta sebagian (low vision). Gangguan pada penglihatan dapat
ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu:
a.
Hambatan pada retina.
Dalam
keadaan normal cahaya dikirim dari luar retina, tetapi disini cahaya yang masuk
terhalangi. Keadaan ini disebabkan oleh virus atau bakteri pada masa prenatal
atau sesudah lahir.Gambar tidak fokus pada retina. Gangguan ini antara lain
rabun dekat, rabun jauh atau mata kabur. Alur informasi dari retina ke otak
terhambat.Hal ini disebabkan oleh tumor pada retina atau kerusakan otak atau
penyakit Retrolental Fibroplasia (penyakit retina yang ada pada bayi prematur
yang butuh banyak oksigen ).
b.
Juling
Kelainan ini terjadi karena otot yang mengatur gerak bola mata lemah atau
retina yang sakit.Adapun karakteristik anak tuna netra adalah:kepalanya miring
atau maju ke depan, mataya
sering kabur dan pandangan kabur, sering berkedip terus atau menutup salah satu
matanya, sering mencari benda kecil dengan meraba sana sini, sering mengeluh
sakit kepala, pusing dan mual. (Nur’aeni, 1997: 119)
Setelah mengetahui
karakteristiknya, maka dengan mudah kita untuk mengidentifikasi siswa. Selain
itu dapat dicari solusi dalam pembelajarannya.
Menurut teori Maslow kebutuhan
tunanetra dibagi menjadi lima antara lain:
a.
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan setiap makhluk hidup. Setiap orang membutuhkan makan, minum, udara
yang segar juga waktu untuk istirahat. Akan tetapi pemenuhan kebutuhan organis
atau fisiologis ini harus diimbangi dengan kegiatan dan aktifitas gerak yang
setimpal, sehingga akan timbul kesegaran jasmani dan rohani.Kesegaran jasmani
dan kesegaran rohani saling mempengaruhi dan perpaduan keduanya akan
mempengaruhi hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan.
Dari uraiaan di atas maka tampak
bahwa keterampilan gerak dan berpindah tempat dapat berperan dalam mengusahakan
terpenuhinya kebutuhan fisiologis maupun tercapainya kesegaran jasmani dan
rohani.
b.
Kebutuhan akan rasa
aman
Rasa aman akan terpenuhi bagi
seseorang apabila kebutuhan fisiologis dan organismenya terpenuhi. Setiap orang
mendambakan lingkungan yang memberikan perasaan aman dan tidak menganggu pada
dirinya. Rasa aman tercermin dalam keamanan, keteraturan dan kestabilan
lingkungan.
c.
Kebutuhan akan kasih
sayang
Rasa memiliki dan rasa kasih sayang
itu akan ada pada seseorang apabila seseorang sudah merasakan kebutuhan
fisiologisnya terpenuhi dan kebutuhan akan rasa amannya juga terpenuhi.
d.
Kebutuhan akan
penghargaan
Setiap menusia membutuhkan
penghargaan atau rasa dihargai oleh lingkungan. Penghargaan tidak hanya
berbentuk materi tapi juga bisa berbentuk penghargaan psikologis. Seseorang
akan dihargai apabila ia dapat berbuat sesuatu baik bagi dirinya maupun pada lingkungan.
Penghargaan dari lingkungan dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat
negatif, tergantung dari apa yang diperbuat oleh seseorang. Perbuatan yang
mengakibatkan negatif maka ia akan menerima penghargaan negatif yang bisa
disebut dengan hukuman. Perbuatan yang positif dan bermanfaat maka ia kan
menerima penghargaan yang positif pula.
e.
Kebutuhan akan
aktualitas diri
Secara mendasar dari tujuan
pendidikan bagi orang tuna netra tidak berbeda dengantujuan akhir pendidikan
bagi orang awas pada umumnya yaitu agar anak dapat mandiri. Pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari dan diperolehnya selama menempuh pendidikan dapat
dijadikan dasar untuk kehidupan dirinya hinggga tidak banyak tergantung pada
orang lain.
11.
Kerangka Pemikiran
Dalam
UU No. 23 tentang perlindungan anak disebutkan bahwa anak-anak cacat berhak
memperoleh pengajaran dan pendidikan begitu juga anak-anak berbakat. Dengan
mengacu pada hal tersebut maka anak cacat berhak memperoleh pendidikan baik itu
pendidikan formal maupun informal.Selain itu khusus dalam pendidikan Islam
tidak mengesampingkan anak cacat dalam pendidikan. Untuk memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat semua umat Islam harus memperoleh pendidikan
agama Islam. Dengan pendidikan itu menusia akan dapat melaksanakan tugasnya.Baik
guru atau siswa akan mengadakan perubahan untuk dapat berkomunikasi dengan anak
cacat dan menolong mereka agar dapat berjalan bersama guna mencapai suatu
tujuan. Guru akan bekerja keras agar apa yang disampaikan dapat diterima oleh
anak cacat. Sebaliknya murid akan dapat menerima apa yang disampaikan oleh
guru.
Dalam
mengadakan proses pembelajaran bagi anak tuna netra maka dibutuhkan metode yang
bervariasi agar anak didik dapat menyerap materi yang diajarkan. Metode yang
dapat digunakan dalam rangka pembelajaran ini antara lain metode tanya jawab,
metode diskusi, metode ceramah, metode demonstrasi, dan drill. Dengan demikian
pendidikan tidak hanya diperuntukkan anak normal, tetapi juga menjadi hak untuk
anak tunanetra dalam memperoleh pendidikan. Bagaimanapun mereka juga punya
potensi seperti anak normal pada umumnya.
B.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka
ini diperoleh dari buku pedoman yang berisi bahan kajian yang relevan dengan
permasalahan yang penulis teliti saat ini. Penelusuran pustaka dimaksudkan
untuk mempertajam metodologi, memperkuat kajian teoritis dan memperoleh
informasi terkait dengan penelitian yang dilakukan.
Berikut ini dipaparkan beberapa buku yang dipakai sebagai buku panduan yang
relevan dengan skripsi penulis.
1. Bandi Delphie, "Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus", Bandung: Refika Aditama, 2006. Berisi tentang karakteristik
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). interaksi anak terhadap lingkungannya
dihadapkan pada tiga dimensi utama, yaitu kemampuan, lingkungan, dan kebutuhan.
Buku ini juga membahas mengenai model IEP (Individualized Educational
Program) dengan memperhatikan kemampuan masing-masing siswa.
2. Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Jakarta:
Bumi Aksara, 2006. Buku ini membahas tentang seluk beluk
anak berkelainan, mulai dari tuna netra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,dan tuna laras.
3.
Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Buku ini membahas
tentang metode-metode pembelajaran PAI: ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen, sosiodrama, kerja kelompok, pemecahan
masalah, dan simulasi. Masing masing metode disertai langkah-langkah
penerapannya dalam proses pembelajaran serta kelebihan dan kelemahannya.
4.
Skripsi :Efektifitas
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunanetra Di Sekolah Luar
Biasa A (Slb-A) (Studi Kasus Pada Tingkat Smp Ykab Di Slb-A Jebres Surakarta)
oleh Ria Gerhana Sari Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2011.
5. Skripsi :Implementasi Metode
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Tunanetra Di SMP SLB A Negeri 1
Pemalang oleh Siti Marfuah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Tarbiyah-STAIN Pekalongan 2012.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitan
Penelitian ini
dilaksanakan di SMPLBYppc
Banda Acehyang
berlokasi di Jl. Sekolah No. 4 Labui Provinsi Aceh.waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Juli
2016.
B. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian
kualitatif yang berusaha memberikan dengan sistematis format fakta-fakta aktual
dan sifat populasi tertentu.
Penelitian ini untuk memperoleh fakta-fakta atau peristiwa yang terjadi
khususnya metode pembelajaran PAI yang digunakan dalam pembelajaran PAI bagi
anak tuna netra tingkat
SMPLB Yppc Banda Acehsekaligus
penerapannya.
C. Sumber
Data/ Subjek Penelitian
Sumber data
dalam penelitian ini berasal dari informan, KBM, dan dokumentasi. Informan
dalam penelitian ini adalah guru PAI. Sumber data dari KBM adalah digunakan
untuk mengetahui metode pembelajaran PAI dan penerapannya bagi siswa tuna
netra. Sumber data dari dokumentasi untuk mendapatkan data tentang visi misi SMPLB Yppc Banda Aceh,
data siswa tuna netra, data guru, kurikulum, dan sarana prasarana yang tersedia
di SMPLB Yppc Banda Aceh.
D. Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1.
Observasi
Dalam proses
pengumpulan data, salah satu metode yang digunakan adalah observasi. Observasi adalah
penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap obyek baik
secara langsung ataupun tidak langsung.
Kegiatan observasi ini penulis gunakan untuk memperoleh metode pembelajaran PAI bagi anak
tuna netra dan penerapannya. Penulis melakukan
pengamatan secara langsung
ke lokasi penelitian.
2.
Wawancara
Wawancara adalah
dialog yang dilakukan oleh pewawancarauntuk memperoleh informasi dari
terwawancara.Wawancara
inidilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran PAI bagi anak tuna netra dan
penerapannya, kurikulum yang digunakan dan prinsip-prinsip
pembelajaran PAI. Wawancara
dilakukan dengan stake holder SMPLB Yppc Banda Aceh
yang meliputi kepala sekolah, guru PAI SMPLB, dan wakil kepala kesiswaan.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi
merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca
surat-surat pengumuman,
pernyataan tertulis tentang kebijakan tertentu, danbahan-bahan tertulis lainnya.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan SMPLB Yppc
Banda Aceh, seperti
struktur organisasi, data guru dan karyawan, data
siswa, kurikulum, dan
lain sebagainya.
E. Metode
Analisis Data
Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan dapat diinformasikan kepada orang lain.
Dalam hal ini,
penulis menggunakan analisis data kualitatif, yang mana data dianalisis dengan
metode deskriptif analisis, yaitu dengan mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, atau kejadian yang terjadi saat sekarang atau memusatkan perhatian
pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,
Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Ahmadi, Abu
dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,
Jakarta: PT Rineka cipta,2001
Ali, Mohamad. Penelitian
Pendidikan, Prosedur dan Strategi .Bandung: Angkasa, 1987
Arikunto,
Suharsimi.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, ed., VI
Danim,
Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002
Delphie,
Bandi, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Refika
Aditama, 2006
Efendi,
Mohammad, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006
Margono, S.
Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Muhaimin, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2010
Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Sarwono, Jonathan.
Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006
Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal3
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung:
Refika Aditama,
Mohamad Ali, Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi (Bandung:
Angkasa, 1987),
hlm. 91.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka
Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif,
(Yogyakarta: Graha